BONE — Bertempat di halaman rumah jabatan Bupati Bone tidak hanya dihiasi gemerlap lampu dan tawa warga, tetapi juga haru yang menyelinap pelan, menyentuh hati siapa saja yang menyaksikannya. Perayaan Hari Lahir Bupati Bone, H. Andi Asman Sulaiman, S.Sos., MM, Rabu, 04 Juni 2025 bukan sekadar seremoni penuh hiburan tetapi menjadi momentum berbagi, menginspirasi, dan menunjukkan wajah hangat kepemimpinan.

Disela-sela acara Malam Gembira yang dihadiri ratusan warga, Bupati Bone memanfaatkan waktu untuk membagikan 80 paket sembako kepada para petugas kebersihan sebagai bentuk apresiasi atas kerja keras mereka menjaga kebersihan kota. Namun, bukan hanya sembako yang dibagikan malam itu. Ada momen-momen yang membuat suasana berubah menjadi haru, menandai malam perayaan itu sebagai malam yang akan dikenang banyak orang.

Sambil menunggu sesi pembagian sembako dimulai, Bupati Andi Asman menggelar kuis spontan di atas panggung. Dua orang beruntung seorang pria dan seorang perempuan diundang naik ke atas panggung untuk menjawab pertanyaan. Salah satu pertanyaan yang diajukan Bupati cukup personal: “Tahun berapa Hj. Maryam A. Asman (istri bupati) lahir?”

Setelah berhasil menjawab, sang pria diberi kesempatan untuk meminta hadiah sesuai keinginan mereka.
“Tateppuni aga dielori ladde (Sebutkan apa keinginanta),” ucap Bupati kepada sang pria yang tampak gugup. Bupati pun kemudian menenangkan suasana dengan menawarkan hadiah secara langsung, “Tapuji massepeda toh? Saya kasihki sepeda gunung. Besok diambil langsung di toko, nanti ada orangku yang antarki,” kata Bupati.

Suasana berubah makin emosional saat giliran ibu beruntung naik ke panggung. Namanya Sahriana, warga Jalan Husein Jeddawi, Kota Watampone. Sehari-hari, ia bekerja sebagai karyawan di salah satu usaha catering lokal. Saat ditanya keinginannya, ia menjawab pelan namun tegas, “Macinna laddeka puang menre tanah marajae (Saya ingin sekali naik haji ke tanah suci, Puang).”

Jawaban itu membuat hadirin terdiam sejenak. Lalu, Bupati Andi Asman pun spontan menawarkan hadiah yang mengejutkan.
“Mauki umroh? Oke saya kasihki hadiah umroh.”
Sahriana sontak menunduk, matanya berkaca-kaca. “Terima kasih banyak, Puang,” ucapnya dengan suara bergetar, nyaris tak mampu menahan tangis haru.

Tidak berhenti di situ, Bupati Andi Asman juga menyisipkan refleksi pribadi di tengah perayaan. Ia berkisah tentang perjalanan hidupnya yang dimulai dari bawah. Tentang istrinya yang selalu setia mendampinginya sejak mereka belum memiliki apa-apa.

“Saya berterima kasih kepada ibu’ku (istriku) yang dari nol menemani saya. Dari tidak ada apa-apa, Alhamdulillah sekarang bisa sampai di titik ini. Susah senang kami lalui berdua,” ucapnya.

Ia juga menyebut bahwa meski keluarganya memilih pindah ke Makassar, dirinya tetap bertahan di Bone demi tekad mengabdi.
“Niat saya mengabdi untuk Kabupaten Bone dan Insya Allah dewupakasiriki (saya akan terus bersama rakyat Bone),” tuturnya tegas disambut tepuk tangan warga.

Malam itu, bukan hanya ulang tahun seorang pemimpin yang dirayakan, tetapi juga nilai-nilai kemanusiaan, ketulusan, dan semangat pengabdian yang dirasakan oleh semua yang hadir. Sepeda dan tiket umroh mungkin hanya simbol—namun pesan kehangatan, empati, dan komitmen dari pemimpin kepada rakyatnya, itulah hadiah sesungguhnya. (*)