Jakarta — Gedung Sasono Utomo, Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta, berubah menjadi lautan harmoni dan keberagaman pada malam puncak peringatan Hari Santri Nasional 2025. Panggung megah itu menjadi saksi kolaborasi luar biasa antara Orkestra Santri Pondok Pesantren Al Ikhlas Ujung dan Paduan Suara Lintas Agama Kabupaten Bone, yang memukau seluruh tamu undangan dengan penampilan musik dan vokal yang menggugah hati.

Di bawah arahan Dr. Sn. Ichsan, S.Pd., M.Sn., sang pembina sekaligus kreator di balik dua kelompok seni ini, para santri tampil penuh percaya diri. Mereka membawakan lagu-lagu bertema persatuan dan cinta tanah air dengan aransemen orkestra yang memikat. Suara merdu para penyanyi lintas agama berpadu harmonis dengan permainan alat musik klasik, menghadirkan suasana kebangsaan yang kuat—sebuah simbol nyata harmoni dalam keberagaman Indonesia.

Menteri Agama RI, Prof. Nasaruddin Umar, yang turut hadir dalam acara tersebut, memberikan apresiasi tinggi atas penampilan orkestra santri asal Bone itu.

“Ini luar biasa. Orkestra Santri Bone adalah contoh nyata bahwa pesantren kini tidak hanya menjadi pusat pendidikan agama, tetapi juga ruang kreativitas dan seni berkelas nasional,” ujarnya disambut tepuk tangan para hadirin.

Perjalanan kelompok orkestra dan paduan suara lintas agama ini dimulai dari Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan. Mereka berangkat menuju Jakarta setelah menerima undangan resmi dari Kementerian Agama RI untuk tampil dalam acara nasional tersebut. Kehadiran mereka menjadi bentuk nyata kontribusi santri dalam memperkaya wajah seni dan budaya Indonesia.

Salah satu anggota paduan suara, Mufidah Iskandar, yang akrab disapa Fida, tak kuasa menyembunyikan rasa harunya.

“Saya sangat bersyukur dan gembira bisa ikut dalam kelompok ini. Banyak sekali ilmu dan pengalaman yang kami dapatkan. Bahkan kami bisa berangkat ke Jakarta tanpa mengeluarkan biaya pribadi—ini anugerah luar biasa,” tuturnya dengan mata berbinar.

Bagi para santri dan anggota paduan suara lintas agama tersebut, tampil di hadapan pejabat tinggi negara dan disaksikan langsung masyarakat Indonesia merupakan pengalaman yang tak terlupakan. Lebih dari sekadar penampilan seni, momen itu menjadi pesan kuat tentang persaudaraan, toleransi, dan semangat kebangsaan yang tumbuh dari rahim pesantren.

Malam itu, tepuk tangan panjang mengiringi setiap nada yang mengalun. Di balik sorotan lampu panggung dan lantunan musik yang megah, tersimpan harapan agar semangat kolaborasi lintas iman dan kreativitas santri dapat terus hidup—menjadi inspirasi bagi generasi muda di seluruh Indonesia. (*)