Bone — Suasana berbeda tampak di Kampung Bajo, Kelurahan Bajoe, Kecamatan Tanete Riattang Timur, Kabupaten Bone, Rabu (23/7/2025). Di tengah hamparan rumah panggung yang berdiri di atas laut, puluhan anak-anak pesisir berkumpul bersama orang tua di Masjid mereka dalam peringatan Hari Anak Nasional ke-14 yang digelar Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Forum Pemberdayaan Perempuan dan Anak Indonesia (FP2AI).
Ketua LSM FP2AI Kabupaten Bone, Mastiawati, SH, menuturkan bahwa peringatan Hari Anak Nasional ini tidak sekadar seremoni. Kegiatan ini dirangkaikan dengan Sosialisasi Pencegahan Kekerasan terhadap Anak, sebagai upaya menyambung benang merah antara pemahaman ibu dan anak yang sebelumnya telah dibekali pelatihan.
“Kami ingin momen Hari Anak Nasional benar-benar menjadi ruang refleksi, terutama bagi para orang tua di wilayah pesisir. Harapannya, anak-anak tumbuh dengan perlindungan maksimal, dan para ibu semakin paham bagaimana mencegah serta menangani tindak kekerasan,” jelas Mastiawati.
Tak hanya menjadi saksi tumbuhnya kesadaran orang tua pesisir, Kampung Bajo juga dikenal sebagai pusat Sekolah Alam untuk anak-anak nelayan. Sekolah nonformal ini menjadi tempat belajar alternatif dengan pendekatan alam dan kearifan lokal. Sejauh ini, Sekolah Alam Kampung Bajo telah menarik perhatian banyak pihak, mulai dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Astra International, hingga stasiun televisi nasional Trans7.
Beberapa akademisi dan jurnalis, termasuk wartawan Tempo, juga pernah datang langsung untuk melihat bagaimana model pendidikan di pesisir ini mampu membuka wawasan anak-anak Bajo.
“Anak-anak di sini belajar dekat dengan laut, mengenal ekosistem pesisir, dan tetap dibekali nilai-nilai perlindungan hak anak. Semua berkat gotong royong banyak pihak,” tambah Mastiawati.
Momentum Hari Anak Nasional di Kampung Bajo hari itu ditutup dengan sesi diskusi hangat antara ibu, anak, dan para relawan FP2AI. Mereka membicarakan mimpi sederhana: membangun masa depan anak pesisir yang lebih cerah dan bebas dari kekerasan. (*)



Tinggalkan Balasan