BONE–Kegiatan Daurah Bahasa Arab selama tiga hari di Pondok Pesantren Ibnu Qoyyim Bone resmi ditutup dengan agenda yang tak biasa, yakni sosialisasi lingkungan. Penutupan ini menjadi momentum berharga bagi para santri untuk memahami bahwa Islam tidak hanya mengajarkan ibadah ritual, tetapi juga memiliki keterkaitan erat dengan kelestarian alam.
Dalam sesi penutup, para santri diajak untuk menjadi pelopor kepedulian lingkungan, dimulai dari langkah sederhana seperti membuang sampah pada tempatnya. Mereka diperkenalkan konsep pengelolaan sampah melalui pemilahan antara sampah organik dan anorganik. Sampah organik diarahkan untuk dikelola dengan pembuatan biopori sebagai sarana pengomposan, sementara sampah anorganik diolah melalui pembentukan bank sampah yang menerapkan prinsip 3R (Reduce, Reuse, Recycle).
Tak berhenti di teori, para santri bersama para pengajar juga melakukan praktik langsung berupa penanaman pohon dan pembuatan biopori di area pesantren. Aktivitas ini dipandang sebagai amal jariyah sekaligus wujud nyata kepedulian terhadap bumi.
Sebagai tindak lanjut, panitia kegiatan menyerahkan bantuan berupa biopori, bibit pohon, dan 14 unit tempat sampah yang didistribusikan ke berbagai lembaga pendidikan:
Ponpes Ibnu Qoyyim Bone: 4 unit
Ponpes Ibnu Abbas: 2 unit
Pondok Putri Aisyah: 4 unit
SD Rabbani: 2 unit
SMP/SMA Rabbani: 2 unit
Materi sosialisasi disampaikan oleh Andi Martono, S.Si, Jabatan Fungsional Pengendali Dampak Lingkungan Ahli Muda di DLH Kabupaten Bone sekaligus Sekretaris Departemen Sosial dan Lingkungan (Depsosling) Wahdah Bone.
Ketua Departemen Lingkungan Hidup DPP Wahdah Islamiyah, Ustadz Ariesman M., S.TP., M.Si, memberikan apresiasi tinggi terhadap kegiatan ini. Ia menegaskan bahwa edukasi dan pelatihan lingkungan hidup merupakan bagian dari program strategis Wahdah Islamiyah.
“Kami terus mendorong wilayah dan daerah untuk berkolaborasi dengan berbagai pihak dalam memberikan layanan dan edukasi lingkungan hidup. Ini adalah bagian dari dakwah sekaligus wujud nyata kepedulian kita terhadap masa depan bumi,” ujarnya.
Di tempat terpisah, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bone, Dray Vibrianto, S.IP., M.Si, juga menyampaikan apresiasinya. Ia menilai bahwa langkah edukasi kepada santri dan generasi muda merupakan investasi penting dalam membangun kesadaran lingkungan sejak dini.
Penutupan Daurah Bahasa Arab ini meninggalkan pesan kuat bahwa menjaga bumi adalah bagian dari iman. Santri Ponpes Ibnu Qoyyim Bone kini diharapkan menjadi teladan dalam mengintegrasikan ilmu agama dengan aksi nyata pelestarian lingkungan. (*)
Tinggalkan Balasan