Makassar – Prestasi gemilang kembali ditorehkan dari kampus timur Indonesia. Dr. Qudratullah, M.Sos., M.Pd., dosen Program Studi Komunikasi Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bone, dinobatkan sebagai Most Outstanding Delegate dalam ajang bergengsi Indonesia Youth Summit (IYS) 2025, yang berlangsung di Makassar, 13–14 Juni 2025.
Di tengah gemuruh semangat 150 delegasi muda terpilih dari seluruh penjuru nusantara dan negara-negara tetangga seperti Malaysia, Singapura, India, hingga Australia, nama Qudratullah mencuat sebagai satu-satunya dosen yang tampil dalam forum global yang mendiskusikan solusi untuk isu-isu paling mendesak dunia.
Mengemban misi akademik sekaligus peran advokasi global, Qudratullah tampil mewakili kalangan akademisi muda Indonesia dalam Komisi Multilateral, ruang strategis yang membahas tantangan global lintas batas. Dalam forum tersebut, ia menggugah kesadaran peserta dengan mempresentasikan “krisis air sebagai isu hak asasi manusia” — tema yang dianggap sangat relevan di tengah ancaman krisis iklim dan ketimpangan akses air bersih di berbagai belahan dunia.
“Air adalah hak dasar manusia dan menjadi tantangan lintas negara. Pemuda harus menyuarakan masalah ini secara global, sebagaimana PBB telah menetapkan akses terhadap air bersih sebagai hak asasi manusia sejak 2010,” ujar Qudratullah di sela-sela diskusi panel.
Lebih dari sekadar representasi institusi, kehadirannya di forum tersebut menegaskan bahwa dosen muda juga bisa menjadi aktor strategis dalam diplomasi pemuda internasional, memadukan semangat perubahan dengan pengetahuan akademik.
Melalui pendekatan komunikatif dan argumen berbasis riset, Qudratullah berhasil membuktikan bahwa akademisi muda Indonesia mampu bersaing di panggung global. Ia juga menyoroti pentingnya sinergi antarnegara dalam mendukung Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), terutama poin ke-6: Clean Water and Sanitation.
Penghargaan Most Outstanding Delegate yang diraihnya bukan hanya simbol pengakuan pribadi, tetapi juga representasi kontribusi intelektual dari perguruan tinggi Islam di daerah. Bagi IAIN Bone, ini adalah momentum yang menunjukkan bahwa institusi pendidikan di daerah pun dapat melahirkan pemimpin pemuda yang relevan secara global.
Dengan pencapaian ini, Dr. Qudratullah berharap semakin banyak dosen dan mahasiswa dari wilayah timur Indonesia yang berani tampil dan menyuarakan ide di panggung internasional.
“Ini bukan hanya soal prestasi individu, tetapi tentang membangun jembatan antara lokal dan global, serta membawa isu-isu kemanusiaan ke dalam kesadaran kolektif dunia,” tutupnya. (*)



Tinggalkan Balasan