BONE–Di tengah semilir angin sawah dan gemuruh semangat petani, Sulawesi Selatan menjadi pusat perhatian nasional. Bertempat di Lingkungan Pajekko, Desa Samaelo, Kecamatan Barebbo, Kabupaten Bone, Provinsi Sulsel digelar Panen Raya serentak bersama Presiden Republik Indonesia, H. Prabowo Subianto yang memimpin langsung panen nasional dari Kabupaten Majalengka, Jawa Barat melalui sambungan zoom dengan 14 provinsi seluruh Indonesia.

Gubernur Sulawesi Selatan, Andi Sudirman Sulaiman, S.T., bersama Bupati Bone, H. Andi Asman Sulaiman, S.Sos., M.M., memimpin langsung panen raya di Kabupaten Bone. Momentum ini menjadi bukti nyata kontribusi Bone sebagai lumbung padi nasional.

“Produksi padi di Sulsel selalu surplus. Bahkan, tertinggi di Indonesia,” ujar Gubernur Andi Sudirman dalam dialog langsung dengan Presiden Prabowo. Ia menekankan pentingnya menjaga stabilitas harga gabah di angka Rp 6.500 per kilogram serta penguatan sektor benih dan perluasan lahan produktif.

Hadir dalam panen raya ini sejumlah tokoh nasional dan daerah, di antaranya Kepala Badan Perakitan dan Modernisasi Pertanian Prof. Dr. Fadjri Djufry, M.Si., Pangdam XIV Hasanuddin, Kapolda Sulsel Irjen Pol. Drs. Rusdi Hartono, M.Si., Danlantamal VI Makassar Brigjen TNI (Mar) Dr. Wahyudi, Kabinda Sulsel Brigjen TNI Andi Anshar, dan Wakil Ketua DPRD Sulsel Yasir Machmud.

Forkopimda Bone turut hadir memperkuat sinergitas, mulai dari Wakil Bupati Bone Dr. H. Andi Akmal Pasluddin, Ketua DPRD Bone Andi Tenri Walinonong, Dandim 1407 Bone Letkol Inf Moch. Rizky Djohar, hingga Kapolres Bone AKBP Erwin Syah.

Presiden Prabowo dalam arahannya menegaskan pentingnya efisiensi anggaran untuk memaksimalkan pembangunan, terutama di bidang pertanian, irigasi, dan pendidikan.

“Kita harus tekan kebocoran anggaran dan fokus pada kebutuhan rakyat. Gunakan teknologi, dari pusat hingga desa, agar efisien dan tepat sasaran,” tegas Presiden.

Menteri Pertanian RI, Andi Amran Sulaiman, juga menyampaikan apresiasi mendalam kepada para petani. “Terima kasih kepada Bapak Presiden yang membuat harga gabah stabil di Rp 6.500, menyederhanakan akses pupuk, dan meningkatkan serapan Bulog hingga 2.000 persen,” ungkapnya.

Sementara itu, Bupati Bone Andi Asman Sulaiman menuturkan bahwa Bone secara konsisten masuk dalam lima besar daerah penghasil padi terbesar di Indonesia.

“Panen di Bone berlangsung dari Oktober hingga April. Namun kelemahan kami masih pada sektor hilir, khususnya penggilingan gabah menjadi beras. Ini yang perlu kita benahi,” kata Bupati.

Panen raya ini bukan sekadar seremoni. Ia menjadi gambaran nyata komitmen kolektif antara pemerintah pusat, daerah, dan petani dalam menjaga ketahanan pangan nasional. Dan di antara hamparan padi emas itu, Bone berdiri tegak sebagai pilar utama pertanian Indonesia. (*)