BONE–Pertemuan para kepala sekolah dipenuhi riuh antusiasme di Lapangan Tenis Kompleks Rumah Jabatan Bupati Bone, Senin, 07 April 2025. Hari itu, bukan hanya soal rutinitas atau pertemuan biasa. Di hadapan mereka berdiri sosok yang kini menjadi penggerak semangat baru pendidikan dan kebersihan di Kabupaten Bone yaitu Bupati Bone, H. Andi Asman Sulaiman, S.Sos., MM.

Dalam rangka menyemarakkan Hari Jadi Bone (HJB) ke-695 dengan momentum Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) pada 2 Mei 2025, Bupati Asman tampil penuh semangat. Bukan tanpa sebab, ia membawa sederet gebrakan dari lomba sekolah bersih dan sehat, olimpiade mata pelajaran, hingga lomba seni yang menyelipkan sejarah dan karakter kepemimpinan lokal.

Namun, satu pernyataan yang mencuri perhatian adalah saat Bupati menyampaikan indikator utama penilaian dalam lomba sekolah bersih: “Toilet sekolah harus harum seperti ruangan kepala sekolah.”

Sontak, senyum dan tawa kecil terdengar dari peserta. Tapi itu bukan sekadar candaan. Bagi Bupati Asman, urusan kebersihan bukan hal sepele. Ia percaya, pendidikan karakter bisa dimulai dari hal paling mendasar: menjaga lingkungan bersih, sehat, dan layak untuk tumbuhnya generasi cerdas.

“Sekarang ini saya sudah mulai dari kantor kelurahan dan kecamatan. Sekarang saatnya sekolah-sekolah terlibat. Semua lini harus turun tangan untuk menjaga Watampone bebas dari sampah,” ucapnya tegas.

Tak hanya toilet, kantin sekolah juga menjadi sorotan. Tidak boleh ada lagi makanan manis sembarangan, semuanya harus memenuhi standar sehat. Ditambah lagi dengan keberadaan pojok baca, sebagai ruang tumbuhnya minat literasi di kalangan pelajar.

Indikator lain yang diperkenalkan adalah Program Pangan Lestari di lingkungan sekolah. Kebun kecil, tanaman toga, hingga sistem pemanfaatan limbah menjadi poin penting penilaian.

Dalam upaya meningkatkan motivasi, Bupati menyatakan bahwa 10 sekolah terbaik akan mendapat apresiasi. Namun, 10 sekolah terburuk juga tak luput dari perhatian dengan funishment berupa mutasi guru ke daerah terpencil.

“Ini bukan hukuman, tapi bagian dari penyadaran,” katanya sambil menambahkan, “kita butuh sekolah yang punya semangat memperbaiki diri, bukan hanya menunggu perintah.”

Tidak berhenti pada kebersihan, Bupati Bone juga mengumumkan akan digelarnya berbagai lomba dalam rangka menyambut Hardiknas, termasuk Lomba Pelaksana Upacara Bendera tingkat kabupaten, Olimpiade semua mata pelajaran, serta lomba melukis Raja dan Bupati Bone.

“Banyak anak-anak kita tidak tahu siapa raja Bone dan siapa bupatinya. Melalui lomba ini, kita ingin mereka mengenal sejarah dan kepemimpinannya,” ujarnya.

Siswa juga ditantang untuk menulis karangan tentang tipe-tipe kepemimpinan para pemimpin Bone dari masa ke masa. Misalnya, kepemimpinan Bupati Bone saat ini yang dikenal gigih dalam hal kebersihan dan mengusung semangat Bone bebas sampah.

Bupati Asman tak menutupi impiannya untuk melahirkan sekolah unggulan yang mampu mencetak generasi yang tak hanya cerdas, tapi juga berdaya saing tinggi. Ia bahkan mencontohkan anaknya sendiri, yang lulusan MTsN 1 Bone dan berhasil tembus ke SMA Nusantara Magelang sebuah prestasi membanggakan yang jarang terjadi.

“Saya ingin lebih banyak anak-anak Bone bisa bersaing di tingkat nasional. Karena mereka bisa, asal kita dukung penuh.”

Sebagai bagian dari upaya itu, pengawasan silang saat ujian nasional juga akan diterapkan. Guru dari kecamatan terpencil akan ditugaskan mengawas di kota, dan sebaliknya sebuah langkah untuk menjaga integritas dan mutu ujian.

Di akhir sambutannya, Bupati mengingatkan kepala sekolah untuk siap-siap menyukseskan program makanan bergizi gratis salah satu program unggulan Presiden RI yang segera digulirkan di sekolah-sekolah. Sebuah program yang sejalan dengan misi Bone Berkeadilan di bidang pendidikan.

Dari hal sederhana seperti kebersihan toilet, hingga mimpi besar melahirkan generasi unggul langkah-langkah yang digagas Bupati Andi Asman Sulaiman menunjukkan bahwa pendidikan bukan hanya soal kurikulum, tetapi juga soal lingkungan, karakter, dan keberpihakan pada masa depan anak-anak Bone.

Dan hari itu, bukan hanya para kepala sekolah yang pulang dengan catatan program kerja. Mereka pulang dengan satu pesan yang melekat kuat: mimpi besar harus dimulai dari hal-hal kecil yang nyata. (*)